Media Sosial Cenderung Membuat Orang-orang Marah, Berikut Penjelasannya
Jakarta - Sebuah studi baru menunjukkan bagaimana media sosial malah mendorong
kita untuk mengekspresikan lebih banyak kemarahan moral dari waktu ke
waktu. Fitur like, share, dan interactions justru makin memperkuat bahwa
kita sering dimarahi secara ethical di media sosial.
Menurut psikolog sosial komputasi William Brady dari Universitas Yale
mengatakan, terbukti dalam diskusi politik online yang ekstrem.
"Apa yang dilakukan media sosial mengubah nada percakapan politik kita
secara online. Beberapa orang belajar mengekspresikan lebih banyak
kemarahan dari waktu ke waktu karena didukung dari desain dasar media
sosial ini," katanya seperti dikutip Scientific research Alert, Minggu
(17/8/2021).
Tim menggunakan perangkat lunak komputer untuk menganalisis 12,7 juta
tweet dari 7.331 pengguna Twitter, yang dikumpulkan selama beberapa
peristiwa kontroversial, termasuk perdebatan tentang kejahatan rasial,
sidang Brett Kavanaugh, dan pertengkaran di pesawat.
Agar sebuah tweet memenuhi syarat sebagai menunjukkan kemarahan ethical,
tweet itu harus memenuhi tiga kriteria:
1. harus merupakan tanggapan terhadap pelanggaran ethical pribadi yang dirasakan;
2. harus menunjukkan perasaan seperti marah, jijik, atau jijik; dan
3. harus
mencakup semacam kesalahan atau permintaan pertanggungjawaban.
Para peneliti menemukan bahwa mendapatkan lebih banyak like dan retweet
membuat orang lebih cenderung memposting lebih banyak kemarahan moral di
postingan mereka selanjutnya.
Dua eksperimen terkontrol lebih lanjut dengan 240 peserta mendukung
temuan ini, dan juga menunjukkan bahwa pengguna cenderung mengikuti
'norma' jaringan tempat mereka menjadi bagian dalam hal apa yang
diungkapkan.
"Studi kami menemukan bahwa orang-orang dengan teman dan pengikut
politik moderat lebih sensitif terhadap umpan balik sosial yang
memperkuat ekspresi kemarahan mereka,"kata psikolog Molly Crockett dari
Yale University.
Selama beberapa tahun telah dilaukan penelitian terhadap efek luas
seperti Facebook, Twitter, dan Instagram terhadap masyarakat. Mereka
dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan psychological, sebagian
karena tekanan untuk terus-menerus membandingkan hidup kita dengan orang
lain.
Komentar
Posting Komentar